Tuesday, May 15, 2007

I Wayan Balawan

Masyarakat pecinta musik pasti sudah mengenal nama ini, Balawan, seorang musisi dengan teknik gitar yang khas. Lahir dan besar di Bali membuatnya sangat erat dengan kesenian. Kini, cita-citanya adalah menyadarkan generasi muda akan kesenian Indonesia dengan musik yang dimainkan bersama Bandnya, Batuan Ethnic Fusion.

Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, Balawan sudah piawai memainkan alat musik, talenta itu pula yang membuatnya survive. Keinginannya yang besar untuk berbagi kemampuannya kepada orang lain, menggugah Balawan untuk membuka sekolah musik di Bali. Saat ini, obsesi pria kelahiran 34 tahun silam ini ingin membuat Video Lesson bermain gitar. Namun, karena banyak pembajakan di Indonesia membuat Balawan berpikir dua kali untuk mewujudkannya.

“Mungkin nanti Video Lesson itu akan dijual satu paket dengan CD saya,” ujar musisi yang lebih memilih tinggal di tanah kelahirannya, Bali.

Selain usaha-usahanya dalam meningkatkan kualitas musik Indonesia, Balawan juga berharap besar pada media agar lebih banyak menghadirkan acara-acara apresiasi, bukan hanya entertainment. Diakuinya, keberadaan musisi di Indonesia tidak seperti musisi di negara lain.

“Banyak musisi hebat disini yang tidak terlalu mendapat respon masyarakat,” ujar musisi yang lebih banyak mendapatkan inspirasi di Bali, “apa-apa dilihat dari sisi marketing, sesuatu yang lebih menjual itulah yang lebih banyak ditonjolkan,” tambahnya.

Balawan menyebut dirinya termasuk orang yang idealis, dia tidak terlalu memikirkan popularitas, saat ini dia hanya ingin berkarya sebaik mungkin. Baginya, seorang Legend adalah orang yang tidak pernah berhenti menghasilkan karya-karya terbaik.

Alasan itu pula yang membuat dia tidak tergugah untuk menetap di jakarta. Meski banyak hal yang membuatnya harus mengunjungi ibukota, Balawan tetap memilih pulang pergi ke Bali.

“Orang hidup itu harus fokus terhadap setiap langkah yang akan ditempuh,” ujar Balawan, ”kita selalu punya banyak pilihan, tetapi yang paling paling penting, kita tahu tujuan kita,” tambah laki-laki yang ingin menjadi musisi sejak kecil.

Pengalaman hidup telah mengajarkan seorang I Wayan Balawan untuk tetap pada jalur yang telah dia pilih. Dia bukan orang yang mudah merasa puas atas apa yang telah dikerjakannya. Dan semua itu bukan semata-mata soal materi.

“Kehidupan seseorang itu kan berputar, saat ini kita kaya, belum tentu akan selamanya,” ujarnya yang sudah memiliki dua buah album solo ini.

Perjalanannya untuk menjadi musisi bukan tanpa halangan. Ketertarikannya terhadap alat musik dan kemauannya untuk belajar, membawa Balawan belajar di Australia Institut of Music dengan program beasiswa.

Lima tahun berada di negeri Kangguru semasa kuliah, memperkaya pengetahuan Balawan akan musik. Kiprahnya sebagai gitaris di Australia tidak membuatnya lupa akan tanah air. Dengan kemampuannya, dia menyelipkan ‘aroma’ Indonesia dalam setiap penampilannya.

Bukan hanya soal musik, kecintaan Balawan terhadap Indonesia, membuatnya memperhatikan permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, yang paling mengkhawatirkan di Indonesia saat ini adalah masalah sampah anorganik. Hal itu disebabkan oleh kebiasaan dan ketergantungan masyarakat terhadap plastik. Di negara lain, masih menurut Balawan, hampir semua toko tidak menggunakan plastik.

“Kebanyakan toko-toko diluar menggunakan kertas untuk tempat belanjaan, atau malah konsumennya membawa tempat sendiri,” ujar penyuka film horor ini.

Balawan menilai bahwa sebenarnya masyarakat tahu akan bahaya sampah plastik yang terus bertambah dan tidak dapat terurai, hanya saja kurangnya kesadaran untuk mengurangi hal tersebut.

“Seharusnya plastik yang sudah digunakan itu jangan langsung dibuang, tapi disimpan untuk digunakan kembali,” ujarnya serius.

Tetapi masalahnya, dengan kualitas plastik yang banyak dipakai, sulit untuk menerapkan hal itu. Penampakan plastik yang kurang menarik setelah satu kali pakai, membuat kebanyakan orang lebih memilih menggunakan plastik baru, kecuali untuk penggunaan tertentu seperti untuk tempat sampah.

Balawan berpendapat bahwa harus ada pengaturan dalam jumlah produksi plastik. Menurutnya, pabrik-pabrik tidak membuat plastik dalam jumlah yang banyak tetapi berkualitas, sehingga bisa digunakan lebih dari satu kali.

Namun Balawan sendiri menyadari, dia tidak punya wewenang untuk melakukan hal tersebut. Tetapi bukan berarti tidak ada yang dia lakukan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan. Sebisa mungkin Balawan menghindari penggunaan plastik, dan itu pula yang dia coba terapkan pada orang-orang sekelilingnya.



Indri Widyanti Guli

1 comment:

Indri Guli said...

Repotnya wawancarain orang yg pendiem...
Ngga tau dia itu aslinya memang pendiem atau dia ga selera ngobrol sama saya yg mungkin menurut dia 'wartawan macam apa?'...
Tapi wawancara tgl 10 Mei itu memang sanggup membuat saya mati kutu di depan gitaris handal itu...
Bertemu di Plaza Semanggi, kamis sore, saya, Kiki, Balawan dan Dovi, Managernya...
Ngga memakan waktu lama karena dalam setengah jam saya sudah kehabisan pertanyaan dan ide untuk melanjutkan obrolan...
Setiap pertanyaan yg saya ajukan dijawab seadanya oleh balawan, standar, tanpa embel2...
Pulang dengan hasil yg mudah2an memuaskan, dan inilah hasilnya...
Saya belum membaca hasil editan dari Mas Agus...(takut tulisan saya porak-poranda seperti artikel saya yg Dewi Lestari)
Tapi yg jelas, artikel tentang I Wayan Balawan ini juga akan dimuat di BRAGA di edisi 2, Bulan Juni...
(semoga)