Tuesday, June 26, 2007

Angelina Jolie

Bagi sebagian orang, memiliki banyak anak sangat merepotkan. Eits, tidak bagi aktris seksi Angelina Jolie. Diantara sejumlah aktifitasnya, mengurus anak tetap menjadi suatu hal yang menyenangkan.

Pemeran utama dalam film Tomb Raider ini, pada Maret 2007, mengadopsi anak dari Vietnam. Pax Thien, nama anak itu, bukanlah anak pertama yang diadopsi Jolie. Dua anak sebelumnya, Maddox dan Zahara, diadopsinya pada tahun 2002 dan 2005.

Keputusan Jolie untuk mengadopsi anak tak lain karena perhatiannya terhadap permasalah kemanusiaan di berbagai negara di dunia. Berawal dari pengalamannya melihat banyak anak kelaparan di Kamboja, selepas menuntaskan syuting Tomb Radier tahun 2001, Jolie merasa prihatin.

“Kita tidak boleh menutup mata dan tidak menghiraukan kenyataan bahwa berjuta rakyat sedang menderita,” ujarnya ketika penobatannya menjadi Duta kemanusiaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Selama enam tahun mengkampanyekan anti kemiskinan, Jolie beberapa kali berkunjung ke negara-negara konflik. Tahun 2006, sebagai bentuk kepeduliannya, Jolie mendirikan Yayasan Jolie-Pitt dan menyumbangkan satu juta dolar untuk pengungsi Sudan.

Pasangan Angelina Jolie dengan Brad Pitt memang sudah mulai terbuka bahwa mereka menjalani hidup bersama. Jolie ingin membesarkan anak-anaknya bersama mantan suami Jennifer Aniston itu.

“Pitt selalu memberi masukan yang berguna, dia juga pendengar yang baik, dan dia sayang anak-anak,” ujar Jolie mengagumi kekasihnya itu.

Pitt memang menyayangi anak-anak dan ingin memberikan yang terbaik, begitu juga Jolie. Mereka tidak main-main dalam membesarkan anak-anaknya, apalagi mereka juga memiliki anak biologis yang sudah berusia satu tahun.

“Saya rela membunuh demi anak-anak saya,” begitu komentarnya kepada News of the World.

Wow, sangat menakjubkan tekadnya untuk melindungi anak-anaknya. Wanita yang memiliki 13 buah tato di tubuhnya ini rupanya seorang ibu yang protektif. Jolie melarang anak-anaknya menonton film yang mengandung unsur kekerasan.

Sebuah dilema bagi pemenang Oscar untuk pemeran pembantu terbaik ini, karena kebanyakan film yang dilakoninya memiliki adegan kekerasan dan mengharuskan menggunakan senjata berat. Jolie tidak ingin keempat anaknya melihat kekerasan sebagai sesuatu yang bagus, bahkan pasangan selebritis ini melarang anak mereka bermain tembak-tembakan.

“Wajar saja jika orang tua merasa khawatir akan terjadi sesuati pada anak mereka,” ungkap jolie.

Dalam keseharian, meskipun ketiga anak angkat Jolie datang dari negara yang berbeda, Jolie tetap ingin anak-anaknya tidak melupakan asal-usul mereka. Jolie sengaja memberikan dekorasi yang berbeda di setiap kamar anak-anaknya.

“Dekorasi yang saya buat sesuai dengan negara asal mereka,” ungkap Jolie.

Maddox akan mendapatkan suasana pedesaan seperti di Kamboja di dalam kamarnya, Zahara yang berasal dari Ethiopia akan merasakan nuansa gurun pasir. Tema hutan menjadi penghias kamar Pax Thien, sedangkan anak kandung Jolie, Shiloh Nouvel, dikelilingi nuansa pedesaan Namimbia, Afrika, tanah kelahirannya.

Untuk selalu mengingatkan Maddox akan negara asalnya, Kamboja, Jolie sering mengajak anak sulungnya itu berkunjung kesana. Disana Jolie mengajarkan anaknya untuk berjalan dengan bertelanjang kaki seperti kebanyakan warga Kamboja, “Agar kakinya kuat,” ungkapnya.

Saat ini, keseriusannya membesarkan keempat anaknya sedikit terhambat. Kesibukan yang padat mengharuskan Jolie meninggalkan anak-anaknya. Namun, Jolie, bersama Pitt, akan mengambil cuti selama satu tahun penuh selama 2008 untuk berkumpul dengan anak-anak mereka.

"Saya bekerja pada musim panas ini. Saya akan berada di Praha untuk beberapa bulan, kemudian istirahat selama dua bulan, dan kembali bekerja selama dua bulan, baru saya cuti selama setahun," ujarnya kepada majalah People.

Pasangan yang disebut-sebut akan mengadakan pesta pernikahan bernilai jutaan dolar ini akan menambah anak lagi, baik adopsi maupun anak kandung,

“Kami siap dengan tantangan untuk memiliki banyak anak,” ujar Jolie yang lebih bangga disebut Duta PBB daripada sebagai aktris. Mungkin menurutnya, banyak anak banyak rejeki, seperti kata pepatah Indonesia.





Indri Widyanti Guli

What's wrong with us???

Saat ini keadaan di redaksi ngga begitu baik. Air yang tadinya mengalir deras dari pancuran yang sama, kini timbul beriak justru saat kita berada dalam satu wadah. Tadinya kita satu visi dan misi. Saya jadi bingung, jangan-jangan malah sebenernya kita semua tidak pernah ada di garis yang sama.

Idealisnya siapa BRAGA???
Semangat untuk mendirikan BRAGA kini memudar saat BRAGA sudah mulai melangkah, saya tidak tahu siapa yang disebut-sebut menelantarkan dan tidak bertanggung jawab, sejauh ini saya mengerjakan porsi saya sebaik-baiknya, (sudah seharusnya kan?)

Tapi memang patut diakui, bekerja dengan 2 pekerjaan yang berbeda adalah sulit. Dan bukan hanya saya yang mengalami itu. BEberapa hari yang lalu saya mengalami kesulitan membagi waktu saya kepada prioritas2 yang ada, saya terlihat seperti melupakan yang satu untuk pekerjaan yang lain.
Saya sendiri ngga tau harus mendahulukan yang mana, jika di media saya dibatasi oleh deadline, begitu pun pekerjaan saya di kantor (OASE) yang hampir setahun saya jalani, menuntut saya untuk selalu standby di tempat (siapa tau tiba2 dibutuhkan).
Bagaimana bisa saya harus berada di satu tempat, dan meliput di tempat yang lain dalam waktu yang bersamaan?

Tapi sebenarnya, mungkin, tidak ada yang peduli terhadap hal itu, toh dua sisi kutub selalu berbada kan? Ketika saya berada di Selatan, tentu utara akan merespon, begitupun sebaliknya, dan saya tidak mungkin berada di tengah untuk mendapatkan dua2nya, karna toh malah justru akan kehilangan keduanya.

Hidup memang pilihan, it's the right words, selalu pilihan, dan akan selalu begitu, saya jadi bingung...(dan masih belum bisa memilih)

Nah, sekarang, permasalahan itu juga yang sedang dialami salah satu redaksi BRAGA, saya harus menempatkan diri sebagai orang yang mengerti kesulitannya, atau jangan peduli sama sekali...
Ketegangan yang terjadi di redaksi karna salah satu dari mereka memiliki pekerjaan ganda, dan sangat menyita pikiran dan tenaga, (bukan hanya harus standby seperti saya), ini lebih berat, karna posisinya sebagai redaktur pelaksana di BRAGA, sekaligus manager program di PILI,
Tidak mudah baginya membagi waktu...(pasti..)

Tetapi masalahnya, yang sedang terjadi saat ini sangat mempengaruhi kinerja kita, termasuk saya, sebagai pion2 garda depan, kemana kita harus melangkah jika ada dua pemikiran yang ingin menggerakkan???

Saya hanya berharap semoga keadaan ini segera membaik, dan kita semua tidak keluar ceriuk meski geliat kita terkadang sulit terkendali...

Coba kita lihat lagi dalam pikiran satu sama lain, apakah kita sudah ada dalam ruang yang sama?
Atau masih tertahan dalam ego pribadi?

Tuesday, June 5, 2007

Selamat Hari Lingkungan Hidup

Hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, keadaan Bumi ini tidak semakin membaik.
Perilaku dan pola pikir manusia -yang konon katanya adalah manusia modern- seperti tanpa pertimbangan.
Entah apa yang terjadi, semakin banyak orang pintar di dunia ini, mengapa justru semakin banyak kerusakan yang terjadi.
Ekploitasi hutan secara besar2an dan tidak terencana dengan baik, memusnahkan harapan berkurangnya emisi pada lapisan udara.
Alangkah bijaksananya jika kita lebih membuka mata dan telingan terhadap kerusaakan dan permasalahan2 lingkungan, setidaknya dimulai dari diri sendiri.
Penggunaan tissue dan kertas yang tidak terkontrol, sampah2 yang merajalela dimanapun, sudut kota, got2 tempat mengalirnya air, bahkan di pinggiran jalan raya...
Akankah itu menjadi tanggung jawab kita?
Karna kita yang akan menyelamatkan bumi ini.

Sekilas minggu ini...

Ffuihh...akhirnya bisa menarik nafas lebih panjang dari beberapa hari sebelumnya,
Beginilah rasanya punya pekerjaan double2, serba padet,,,
Waktu yang ada harus digunakan sebaik2nya, apalagi pekerjaan di media benar2 menguras tenaga dan pikiran...

Tgl 31 Mei kemarin, sy dan 2 orang teman ditugaskan meliput acara pembukaan Hari Lingkungan Hidup di Taman Wisata Mekarsari,
Akhirnya sy dipertemukan juga dengan wartawan2 dari media lain dalam satu acara...
Jujur, awalnya sempat grogi, takut, dan semua perasaan campur aduk,
Masalahnya yang sy lihat saat itu banyak sekali wartawan2 dengan 'label' Televisi nasional pada baju ataupu ID card mereka...
Dengan 'perlengkapan perang' mereka yang mencerminkan ke-profesionalismean mereka, kami bertiga seperti anak ayam yang nyasar di kandang gajah...
Menyedihkan, dengan berbekal kamera pocket dan kamera manual jaman jahiliyah kami bertiga ikut berhimpitan di garis depan untuk mengambil gambar Wakil Presiden-Jussuf Kala yang saat itu secara simbolis meresmikan acara tersebut...

See that??? it doesn't a dream anymore...